Rabu, 28 Desember 2011

BUAH KEIKHLASAN


Perjalanan si Penyandang Cacat
Cerpen Karya : WI2D / Kelas 7H
Agus adalah anak semata wayang dari pasangan suami istri yang bernama pak Somad dan bu Ipah.Agus lahir dengan keterbatasan fisik yaitu berkaki satu . Saat Agus lahir, pak Somad tidak bisa menerima kenyataan kalau buah hati yang di nanti-nanti selama ini menyandang cacat , akhirnya pak Somad memutuskan untuk meninggalkan Agus dan Ibunya serta memilih menikah dengan perempuan lain. Sebagai ibu , bu ipah dengan sabarnya merawat Agus dan membesarkan layaknya orang normal. Saat Agus menginjak umur enam tahun, Agus ingin bersekolah layaknya anak-anak lain. Akan tetapi saat ia menyataan keinginanya yang luhur itu kepada sang ibu , bu Ipah pun meneskan air mata dan bu Ipah menasehati Agus  dengan berurai air mata,

Agus, maafkan ibu nak , ibu tidak bisa menyekolahkanmu” kata bu Ipah.
Agus yang masih heranpun bertanya
Ibu, mengapa demikian? apa orang cacat seperti aku dilarang menginjak bangku sekolah, apa aku kurang pantas berteman dengan anak seusiaku yang normal, bu ? ” protes Agus pada Ibunya.
Bu Ipah pun menjelaskan kepada Agus
Sayang, ibu tak mau Agus diejek oleh teman-teman Agus, ibu tak ingin kalau anak ibu menderita, sudah cukup penderitaanmu selama ini nak,”
Agus yang masih kecilpun tak tahu yang di maksud sang ibu.
Apa maksud ibu dengan penderitaanku selama ini ? jawab Agus dengan mimik yang polos.
Bu Ipah dengan air mata yang tanpa sadar meleleh di kedua pipinya menjelaskan kembali, ”kelak kau dewasa kau akan tahu apa yang ibu maksudkan

Keesokan harinya diam-diam Agus pergi ke sekolah dasar dan diam-diam ikut belajar di luar ruangan karena sering melihat Agus mengintip di jendela, ada salah satu guru yang penasaran dengan tingkah laku Agus. Guru itu pun menghampiri Agus Karena asyik menyimak pelajaran, Agus tidak menyadari ada seseorang dibelakangnya. “Kamu sedang apa Nak?” Sapanya.
Sepontan Agus menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya dia saat meyadari ada seorang guru menegurnya. Karena kekagetannya ia pun terjatuh ke tanah, berbagai perasaan berkecamuk didalam hatinya.
nak, siapa kamu? Ulang Guru itu dengan suara penuh kelembutan.
ma… ma.. ma’af Bu , saya hanya ingin ikut belajar kalau itu mengganggu pelajaran ibu, baiklah saya akan pergi dari sini.” Jawab Agus  setelah dia bisa menguasai perasaannya.
Guru itupun mencegah agar Agus tidak pergi,
eh, sebentar Nak , kamu tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar ini, coba ibu lihat buku yang kamu pegang ?,” kata Bu Guru
Awalnya Agus malu memberikan buku kumalnya kepada Guru itu. Dengan ragu-ragu dia menyerahkan bukunya yang berupa lembaran-lembaran kertas kumal. Kertas-kertas itu ia pungut dari tempat sampah dan dijilid menyerupai buku tulis.
Bu Guru itu merasa ada yang aneh pada diri Agus
maaf nak kenapa kaki kamu di tutup oleh kain? Tanya Bu Guru. Di bukalah kain batik lusuh itu, guru itu keget bukan kepalang. ” Masya Allah, nak kamu hanya mempunyai kaki satu ? bisahkah kamu menceritakan bagaimana kamu bisa seperti ini?” Tanya Bu Guru dengan mata yang berkaca-kaca menahan airmatanya.
Sambil menatap wajah Bu Guru, Agus menceritakan yang sebenarnya,
iya bu, kaki saya hanya satu semenjak lahir. Saya ingin bersekolah karena saya ingin membantu ibu saya.” Jawab agus tegas. Guru itupun bertanya mengenai kehidupan Agus”
lalu,di mana bapak kamu?dan mengapa kamu tidak di sekolahkan ibumu di TK?
Saya sebenarnya ingin sekali bu,sekolah dengan cara berurutan sesuai dengan umur saya, tapi ibu tidak memperbolehkan saya untuk sekolah karena ibu takut kalau saya di ejek oleh teman-teman, tapi mengenai bapak saya, Saya tidak tau bu, yang jelas kata ibu saya tidak boleh menanyakan di mana bapak saya sekarang. Jawab Agus lirih.
”ohh ..... maaf ya nak ibu tidak tahu kalau bapak kamu gak ada, tetapi yang ibu bingung, bagaimana caranya kamu menyerap ilmu yang kamu peroleh dari mengintip ? dan bagaimana caranya kamu menulis dengan tulisan sebagus ini?” tanya Bu Guru dengan wajah penuh kekaguman.
”sehabis mengintai, saya mempelajari apa yang di bahas di sekolah tadi bu,” jawab Agus lirih.
Dalam hati Guru SD itupun sangat bangga  akan kecerdasan Agus. 
Tapi mengapa hari berikutnya Agus tidak pernah lagi datang ke  sekolah ? Guru itupun mencari informasi mengenai keberadaan Agus. Akhirnya Guru itu berhasil mendapatkan informasi seputar Agus, ternyata Agus tidak pernah lagi datang ke  sekolah karena merawat ibunya yang sedang sakit. Guru SD itupun bertambah kagum dengan Agus. Setelah ibunya sembuh, Agus kembali mengintip.saat mengintip ia di tegur oleh guru kemarin.”kamu tidak perlu belajar sembunyi sembunyi seperti ini nak, kalau kamu mau belajar, mending kamu belajar di dalam,t api ada syaratnya kamu tidak boleh mengganggu kelangsungan belajar siswa disini ya,” betapa senangnya si Agus, ia bertambah semangat untuk mengikuti dan menyimak pelajaran yang di berikan oleh bapak ibu guru. sepulang sekolah, ia mengabarkan kabar gembira itu kepada sang ibu. Dengan mata berlinang  bu Ipah berkata pada Agus ,” Anakku, Ibu ridho dan Ikhlas akan takdirmu, pesan ibu jadilah kamu orang yang jujur pada sesama dan ikhlas pada ketentuan Allah.”
          Semakin hari Agus kian giat belajar, semula teman-temannya hanya memandang sebelah mata pada dia, kini semua temannya mengandalkan Agus bila menghadapi soal-soal yang sukar. Dibalik kekurangan ternyata Tuhan memberikan kelebihan pada Agus berupa kecerdasan yang melebihi teman-temannya. Tanpa terasa 6 tahun sudah Agus belajar di sekolah itu. Pada saat pembagian ijazah nama Agus disebut oleh pembawa acara sebagai siswa yang memperoleh nilai NEM tertinggi se-Kabupaten. Betapa bangga guru-guru Agus di SD itu lebih-lebih bu Ipah, orang tua Agus air matanya tanpa dapat terbendung meleleh membasahi kedua pipinya yang mulai keriput. Dalam hati Bu Ipah berdo’a pada Allah ,” Ya..Allah berilah kekuatan pada hamba untuk  dapat menjaga amanah-Mu walau hamba hidup dalam keadaan kekurangan, hamba yakin bahwa limpahan rezeki-Mu tiada batas-Nya.”
          Sebagi peraih nilai tertinggi se-Kabupaten Agus mendapat tawaran untuk  melanjutkan sekolah ke sebuah SMP khusus penyandang cacat dengan beasiswa penuh. Di SMP Agus kian giat belajar, tiada waktu kosong baginya tanpa membaca. Bahkan oleh petugas perpustakaan Agus sudah dianggap sebagai anaknya sendiri, dia diberi kebebasan untuk membaca buku yang ia sukai. Hampir semua buku-buku yang ada di rak perpustakaan sudah dibaca Agus, bahkan setiap ada buku baru, Agus lah orang pertama yang membacanya. Hal ini berimbas pada prestasi Agus di sekolah. Dia selalu maraih predikat terbaik di sekolahnya, dan ini lah yang selalu membuat bangga para gurunya lebih-lebih Bu Ipah yang juga kian semangat bekerja mencari rezeki untuk anak semata wayang pada saat siang hari dan selalu bermunajat pada Allah untuk kesuksesan sang anak pada malam harinya.
Berbagai prestasi telah diukir oleh Agus baik itu akademik maupun non akademik dan Agus pun dapat menyelesaikan pendidikan SMP dengan meraih prestasi yang luar biasa.
          Tatkala agus sudah dapat menyelesaikan pendididkan di SMP Khusus penyandang cacat, kebimbangan mulai menyelimuti hatinya, ia bingung harus melanjutkan sekolah SMA, karena di daerahnya tidak ada sekolah SMA khusus penyandang cacat. Dan sinyal – sinyal itu ditangkap oleh gurunya di SMP.
Anakku kamu tidak usah khawatir dan ragu, bapak yakin dengan kamampuanmu, kamu dengan mudah akan diterima di sekolah umum, percayalah pada bapak,” kata Pak Iwan wali kelas Agus.
Benarkah, Pak ? kata Agus yang masih diliputi kebimbangan.
Iya , anakku. Nanti bapak akan bantu untuk mencarikan sekolah buat kamu.” Jawab Pak Iwan. Dengan mata berkaca-kaca Agus berkata , “ Terima kasih Pak...tapi kalau boleh memilih saya ingin sekali bersekolah di STM, agar selepas lulus nanti saya dapat segera bekerja dan meringan beban Ibu saya Pak !. Sambil memegang pundak Agus Pak Iwan berkata“ Betapa pandai dan mulianya hatimu nak.... yang selalu memikirkan penderitaan ibumu, semoga kelak kamu dapat meraih apa yang kamu cita-citakan dan kamu nantinya menjadi anak yang sholeh.
“ Amiiin”  jawab Agus dengan sebuah senyum yang menawan.
          Dengan prestasi yang selama ini diraih Agus dan bimbingan Pak Iwan, akhirnya agus diterima di sebuah STM yang cukup terkenal. Agus mengambil jurusan otomotif.
Semangat belajar yang luar biasa akhirnya dapat menutupi kekurangannya. Walau hanya mempunyai kaki satu agus tidak kalah dengan mereka yang normal. Otaknya yang encer membuat dia cepat paham akan materi pelajaran yang diberikan pada dirinya. Suatu ketika saat PSG banyak orang yang meremehkan fisik Agus tetapi semua akhirnya terpanah akan kecerdasan  dan semangat kerja yang tinggi. Agus pun dapat lulus STM dengan nilai yang memuaskan.
          Kembali dia dihadapkan pada sebuah kebimbangan. Dia ingin melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi tapi di satu sisi dia kasihan pada Ibunya. Dia ingin membalas jasa-jasa ibunya dengan bekerja.
Akhirnya agus memutuskan untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijazahnya. Dengan berbekal ijazah STM yang terkenal dan nilai bagus dia mencoba melamar kerja di sebuah bengkel besar yang ada di kotanya.
Bukannya pekerjaan yang agus dapatkan, tapi hinaan dan cibiran dari pengelolah bengkel yang dia dapatkan. Agus sadar akan keadaan dirinya dan dia ikhlas ditakdirkan Allah seperti itu, dia tidak pernah mengeluh ataupun protes pada Sang Pencipta.
          Dengan penuh kesabaran dia datangi setiap bengkel yang ada di kota, tapi hasilnya nol, tak satupun bengkel yang mau menerima dia tapi sekali lagi agus menerima semua hinaan dan cibiran dengan ikhlas. Akhirnya dia dapatkan juga pekerjaan itu di sebuah bengkel yang sederhana. Saat bekerja agus selalu teringat akan nasehat ibunya untuk selalu jujur, ikhlas akan hasil yang diperoleh dan selalu berusaha untuk melakukan hal yang baik. Hal inilah yang membuat pemilik bengkel suka dengan Agus secara berkala gaji agus dinaikkan sehingga agus bisa menabung untuk biaya kuliah.
          Setahun sudah Agus bekerja di bangkel itu dan uang tabungannya juga sudah cukup untuk biaya kuliah. Agus pun akhirnya kuliah dan dia mengambil jurusan otomotif. Pagi hari dia bekerja di bengkel sore hingga malam hari mengejar ilmu di bangku kuliah.
Agus pun berubah menjadi pria dewasa yang cukup gagah, walaupun dia mempunyai kekurangan. Karena sifat kedewasaannya itulah agus sering dijadikan tempat curhat oleh teman-teman di kampus.
Sebagai seorang remaja dia juga ingin merasakan dicintai dan mencintai lawan jenisnya, tapi perasaan itu disimpannya rapat-rapat dan hanya ditulis di buku diarynya. Ketika dia menyukai seorang gadis manis yang bernama Siti Azzahra di kampusnya dia hanya bisa menulisnya di buku diarynya.
Zahra... ketika diri ku dekat dengan mu, hati ku terasa tenang dan damai, saat dirimu jauh denganku ku rasakan sesuatu yang bebeda ....jikalau bunga cinta gugur menyelubungi hatiku yang sepi dan pudar Tiada hal yang paling terindah selain cinta yang lahir dari hatimu yang paling dalam”.
Suatu ketika agus harus segera pulang kuliah karena ibu sakit, dia tergesa-gesa hingga tidak menyadari buku diarynya terjatuh. Dan buku itu ditemukan oleh Siti Azzahra.
Betapa kagetnya Zahra ketika dia membaca isi diary itu, yang isinya semua adalah rasa cinta agus pada dirinya yang dipendam dalam buku itu.
          Sebenarnya Zahra sendiri mengagumi sosok agus yang sederhana, jujur, pandai, dan suka menolong. Tanpa sadar zahra mengambil sebuah kertas dan menuliskan sebuah kalimat “Aku mendengar bisikan angin sampaikan pesanmu padaku. Aku rasakan tetesan embun sebagai lambang kasih sayangmu. Kulihat pelangi hati sebagai gambaran cintamu padaku. Kurasakan ketulusan, kejujuran, dan kesetiaanmu padaku. Kini aku menyadari kalau dirimu begitu sangat sayang kepadaku. Tapi semua terasa menjadi tiada indah tanpa dirimu. Lalu kertas itu diselipkan diantara buku diary itu.  Ketika agus menemukan kembali buku diarynya betapa kagetnya dia membaca pesan yang disampaikan oleh zahra, ternyata cinta pada sang  gadis pujaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Agus dan Siti Azzahra mau menerima segala kelebihan dan kekurangannya satu sama lain. Dan semanjak saat itu mereka menjadi pasangan kekasih yang membuat orang lain iri hati pada mereka.
          Setelah lulus kuliah Agus dan Zahra sepakat untuk mendirikan bengkel sendiri yang diberi nama “IKHLAS MOTOR”. Dalam kurun waktu 2 tahun bengkel mereka menjadi maju dan terkenal karena servis yang yang baik dan kejujurannya. Agus pun memasang kaki palsu untuk mendukung aktifitasnya di bengkel dan dia memberangkatkan Ibunda ke Tanah Suci untuk menunaikan Ibadah Haji dari hasil jerih payahnya menggelolah bengkel.
Akhirnya Agus dan Zahra sepakat untuk melanjutkan jalinan kasih mereka ke sebuah ikatan suci tali perkawinan. Hidup mereka kian sempurna dengan hadirnya 2 orang anak dari hasil perkawinan mereka. Tetapi mereka tetap rendah hati, jujur dan saling menerima serta ikhlas akan takdir yang telah digariskan.

2 komentar: