Perjalanan si Penyandang Cacat
Cerpen Karya : WI2D / Kelas 7H
Agus adalah
anak semata wayang dari pasangan suami istri yang bernama pak Somad dan bu
Ipah.Agus lahir dengan keterbatasan fisik yaitu berkaki satu . Saat Agus lahir,
pak Somad tidak bisa menerima kenyataan kalau buah hati yang di nanti-nanti
selama ini menyandang cacat , akhirnya pak Somad memutuskan untuk meninggalkan Agus dan Ibunya serta
memilih menikah dengan perempuan lain. Sebagai ibu , bu ipah dengan sabarnya
merawat Agus dan membesarkan layaknya orang normal. Saat Agus menginjak umur enam tahun, Agus ingin bersekolah
layaknya anak-anak lain. Akan tetapi saat ia menyataan keinginanya yang luhur itu kepada sang
ibu , bu Ipah pun meneskan air mata dan bu Ipah menasehati Agus dengan berurai air mata,
”Agus, maafkan ibu nak , ibu
tidak bisa menyekolahkanmu” kata bu Ipah.
Agus yang masih heranpun bertanya
”Ibu, mengapa demikian? apa
orang cacat seperti aku dilarang menginjak bangku sekolah, apa aku kurang
pantas berteman dengan anak seusiaku yang normal, bu ? ” protes Agus pada
Ibunya.
Bu Ipah pun menjelaskan kepada Agus
”Sayang, ibu tak mau Agus diejek
oleh teman-teman Agus, ibu tak ingin kalau anak ibu menderita, sudah cukup
penderitaanmu selama ini nak,”
Agus yang masih kecilpun tak tahu yang di maksud sang ibu.
”Apa maksud ibu dengan
penderitaanku selama ini ? jawab Agus dengan mimik yang polos.
Bu Ipah dengan air mata yang tanpa sadar meleleh di kedua pipinya menjelaskan
kembali, ”kelak kau dewasa kau akan tahu apa yang ibu maksudkan”
Keesokan harinya diam-diam Agus pergi ke
sekolah dasar dan diam-diam ikut belajar di luar ruangan karena sering melihat
Agus mengintip di jendela, ada salah satu guru yang penasaran dengan tingkah laku Agus. Guru itu pun menghampiri Agus Karena
asyik menyimak pelajaran, Agus tidak menyadari ada seseorang dibelakangnya. “Kamu sedang apa Nak?” Sapanya.
Sepontan Agus menoleh ke belakang. Betapa
terkejutnya dia saat meyadari ada seorang guru menegurnya. Karena kekagetannya
ia pun terjatuh ke tanah, berbagai perasaan berkecamuk didalam hatinya.
”nak, siapa kamu? Ulang Guru itu dengan suara penuh
kelembutan.
”ma… ma.. ma’af Bu , saya hanya ingin ikut belajar kalau itu mengganggu pelajaran ibu,
baiklah saya akan pergi dari sini.” Jawab Agus setelah dia
bisa menguasai perasaannya.
Guru itupun mencegah agar Agus tidak pergi,
”eh, sebentar Nak , kamu tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar ini, coba ibu
lihat buku yang kamu pegang ?,” kata Bu Guru
Awalnya Agus malu memberikan buku kumalnya kepada Guru itu. Dengan ragu-ragu dia menyerahkan bukunya yang
berupa lembaran-lembaran kertas kumal. Kertas-kertas itu ia pungut dari tempat
sampah dan dijilid menyerupai buku tulis.
Bu Guru itu merasa ada yang aneh pada diri Agus
”maaf nak kenapa kaki kamu di
tutup oleh kain? Tanya Bu Guru. Di bukalah kain batik lusuh itu, guru itu
keget bukan kepalang. ” Masya Allah, nak kamu hanya mempunyai kaki satu ? bisahkah kamu
menceritakan bagaimana kamu bisa seperti ini?” Tanya
Bu Guru dengan mata yang berkaca-kaca menahan airmatanya.
Sambil menatap wajah Bu Guru, Agus menceritakan yang sebenarnya,
”iya bu, kaki saya hanya satu semenjak lahir. Saya ingin bersekolah karena saya ingin membantu ibu saya.” Jawab
agus tegas. Guru itupun bertanya mengenai kehidupan
Agus”
‘ lalu,di mana bapak kamu?dan mengapa kamu tidak di sekolahkan ibumu
di TK?”
Saya sebenarnya ingin sekali bu,sekolah dengan cara berurutan sesuai dengan umur saya, tapi
ibu tidak memperbolehkan saya untuk sekolah karena ibu takut kalau saya di ejek
oleh teman-teman, tapi mengenai bapak
saya, Saya tidak tau bu, yang
jelas kata ibu saya tidak boleh menanyakan di mana bapak saya sekarang.” Jawab Agus lirih.
”ohh ..... maaf ya nak ibu tidak tahu kalau
bapak kamu gak ada, tetapi yang
ibu bingung, bagaimana caranya kamu
menyerap ilmu yang kamu peroleh dari mengintip ? dan bagaimana caranya kamu menulis dengan tulisan
sebagus ini?” tanya Bu Guru
dengan wajah penuh kekaguman.
”sehabis mengintai, saya mempelajari
apa yang di bahas di sekolah tadi bu,” jawab Agus lirih.
Dalam hati Guru SD itupun sangat bangga akan kecerdasan Agus.
Tapi
mengapa hari berikutnya Agus tidak pernah
lagi datang ke sekolah ? Guru itupun mencari informasi
mengenai keberadaan Agus. Akhirnya Guru itu berhasil mendapatkan informasi seputar Agus, ternyata Agus tidak pernah lagi datang ke sekolah karena merawat ibunya yang sedang
sakit. Guru SD itupun bertambah kagum
dengan Agus. Setelah ibunya sembuh, Agus kembali mengintip.saat mengintip ia di tegur oleh guru kemarin.”kamu tidak perlu belajar sembunyi sembunyi
seperti ini nak, kalau kamu mau
belajar, mending kamu belajar di
dalam,t api ada syaratnya kamu
tidak boleh mengganggu kelangsungan belajar siswa disini ya,” betapa senangnya si Agus, ia bertambah semangat untuk mengikuti dan menyimak
pelajaran yang di berikan oleh bapak ibu guru. sepulang sekolah, ia mengabarkan kabar
gembira itu kepada
sang ibu. Dengan mata berlinang bu Ipah berkata pada Agus ,” Anakku, Ibu ridho dan Ikhlas akan takdirmu,
pesan ibu jadilah kamu orang yang jujur pada sesama dan ikhlas pada ketentuan
Allah.”
Semakin hari Agus kian giat belajar, semula teman-temannya
hanya memandang sebelah mata pada dia, kini semua temannya mengandalkan Agus
bila menghadapi soal-soal yang sukar. Dibalik kekurangan ternyata Tuhan
memberikan kelebihan pada Agus berupa kecerdasan yang melebihi teman-temannya. Tanpa
terasa 6 tahun sudah Agus belajar di sekolah itu. Pada saat pembagian ijazah
nama Agus disebut oleh pembawa acara sebagai siswa yang memperoleh nilai NEM
tertinggi se-Kabupaten. Betapa bangga guru-guru Agus di SD itu lebih-lebih bu
Ipah, orang tua Agus air matanya tanpa dapat terbendung meleleh membasahi kedua
pipinya yang mulai keriput. Dalam hati Bu Ipah berdo’a pada Allah ,” Ya..Allah berilah kekuatan pada hamba
untuk dapat menjaga amanah-Mu walau
hamba hidup dalam keadaan kekurangan, hamba yakin bahwa limpahan rezeki-Mu
tiada batas-Nya.”
Sebagi peraih nilai tertinggi se-Kabupaten Agus mendapat
tawaran untuk melanjutkan
sekolah ke
sebuah SMP
khusus penyandang cacat dengan
beasiswa penuh. Di SMP Agus kian giat belajar, tiada waktu kosong baginya tanpa
membaca. Bahkan oleh petugas perpustakaan Agus sudah dianggap sebagai anaknya
sendiri, dia diberi kebebasan untuk membaca buku yang ia sukai. Hampir semua
buku-buku yang ada di rak perpustakaan sudah dibaca Agus, bahkan setiap ada
buku baru, Agus lah orang pertama yang membacanya. Hal ini berimbas pada
prestasi Agus di sekolah. Dia selalu maraih predikat terbaik di sekolahnya, dan
ini lah yang selalu membuat bangga para gurunya lebih-lebih Bu Ipah yang juga
kian semangat bekerja mencari rezeki untuk anak semata wayang pada saat siang
hari dan selalu bermunajat pada Allah untuk kesuksesan sang anak pada malam harinya.
Berbagai prestasi telah
diukir oleh Agus baik itu akademik maupun non akademik dan Agus pun dapat
menyelesaikan pendidikan SMP dengan meraih prestasi yang luar biasa.
Tatkala agus sudah dapat menyelesaikan pendididkan di SMP
Khusus penyandang cacat, kebimbangan mulai menyelimuti hatinya, ia bingung
harus melanjutkan sekolah SMA, karena di daerahnya tidak ada sekolah SMA khusus
penyandang cacat. Dan sinyal – sinyal itu ditangkap oleh gurunya di SMP.
“ Anakku kamu tidak usah khawatir dan ragu, bapak yakin dengan kamampuanmu,
kamu dengan mudah akan diterima di sekolah umum, percayalah pada bapak,”
kata Pak Iwan wali kelas Agus.
Benarkah, Pak ? kata Agus
yang masih diliputi kebimbangan.
” Iya , anakku. Nanti bapak akan bantu untuk mencarikan sekolah buat
kamu.” Jawab Pak Iwan. Dengan mata berkaca-kaca Agus berkata , “ Terima kasih Pak...tapi kalau boleh memilih
saya ingin sekali bersekolah di STM, agar selepas lulus nanti saya dapat segera
bekerja dan meringan beban Ibu saya Pak !. Sambil memegang pundak Agus Pak
Iwan berkata“ Betapa pandai dan mulianya
hatimu nak.... yang selalu memikirkan penderitaan ibumu, semoga kelak kamu
dapat meraih apa yang kamu cita-citakan dan kamu nantinya menjadi anak yang
sholeh.
“ Amiiin” jawab Agus dengan sebuah senyum yang menawan.
Dengan prestasi yang selama ini diraih Agus dan bimbingan
Pak Iwan, akhirnya agus diterima di sebuah STM yang cukup terkenal. Agus
mengambil jurusan otomotif.
Semangat belajar yang luar
biasa akhirnya dapat menutupi kekurangannya. Walau hanya mempunyai kaki satu
agus tidak kalah dengan mereka yang normal. Otaknya yang encer membuat dia
cepat paham akan materi pelajaran yang diberikan pada dirinya. Suatu ketika saat PSG banyak orang yang meremehkan fisik Agus tetapi
semua akhirnya terpanah akan kecerdasan
dan semangat kerja yang tinggi. Agus pun dapat lulus STM dengan nilai yang memuaskan.
Kembali dia dihadapkan pada sebuah
kebimbangan. Dia ingin melanjutkan
pendidikan ke Perguruan Tinggi tapi di satu sisi dia kasihan pada Ibunya. Dia
ingin membalas jasa-jasa ibunya dengan bekerja.
Akhirnya agus memutuskan
untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijazahnya. Dengan berbekal ijazah
STM yang terkenal dan nilai bagus dia mencoba melamar kerja di sebuah bengkel
besar yang ada di kotanya.
Bukannya pekerjaan yang
agus dapatkan, tapi hinaan dan cibiran dari pengelolah bengkel yang dia dapatkan.
Agus sadar akan keadaan dirinya dan dia ikhlas ditakdirkan Allah seperti itu,
dia tidak pernah mengeluh ataupun protes pada Sang Pencipta.
Dengan penuh kesabaran dia datangi setiap bengkel yang ada
di kota, tapi hasilnya nol, tak satupun bengkel yang mau menerima dia tapi
sekali lagi agus menerima semua hinaan dan cibiran dengan ikhlas. Akhirnya dia
dapatkan juga pekerjaan itu di sebuah bengkel yang sederhana. Saat bekerja agus
selalu teringat akan nasehat ibunya untuk selalu jujur, ikhlas akan hasil yang
diperoleh dan selalu berusaha untuk melakukan hal yang baik. Hal inilah yang
membuat pemilik bengkel suka dengan Agus secara berkala gaji agus dinaikkan
sehingga agus bisa menabung untuk biaya kuliah.
Setahun sudah Agus bekerja di bangkel itu dan uang
tabungannya juga sudah cukup untuk biaya kuliah. Agus pun akhirnya kuliah dan
dia mengambil jurusan otomotif. Pagi hari dia bekerja di bengkel sore hingga
malam hari mengejar ilmu di bangku kuliah.
Agus pun berubah menjadi
pria dewasa yang cukup gagah, walaupun dia mempunyai kekurangan. Karena sifat
kedewasaannya itulah agus sering dijadikan tempat curhat oleh teman-teman di
kampus.
Sebagai seorang remaja dia
juga ingin merasakan dicintai dan mencintai lawan jenisnya, tapi perasaan itu
disimpannya rapat-rapat dan hanya ditulis di buku diarynya. Ketika dia menyukai
seorang gadis manis yang bernama Siti Azzahra di kampusnya dia hanya bisa
menulisnya di buku diarynya.
“Zahra... ketika diri ku dekat dengan mu, hati ku terasa tenang dan damai, saat dirimu jauh denganku ku rasakan sesuatu yang bebeda ....jikalau bunga cinta gugur menyelubungi hatiku yang sepi dan pudar Tiada hal yang paling terindah selain cinta yang lahir dari hatimu yang paling dalam”.
Suatu ketika agus harus
segera pulang kuliah karena ibu sakit, dia tergesa-gesa hingga tidak menyadari
buku diarynya terjatuh. Dan buku itu ditemukan oleh Siti Azzahra.
Betapa kagetnya Zahra
ketika dia membaca isi diary itu, yang isinya semua adalah rasa cinta agus pada
dirinya yang dipendam dalam buku itu.
Sebenarnya Zahra sendiri mengagumi sosok agus yang
sederhana, jujur, pandai, dan suka menolong. Tanpa sadar zahra mengambil sebuah
kertas dan menuliskan sebuah kalimat “Aku mendengar bisikan angin sampaikan pesanmu padaku.
Aku rasakan tetesan embun sebagai lambang kasih sayangmu. Kulihat pelangi hati
sebagai gambaran cintamu padaku. Kurasakan
ketulusan, kejujuran, dan kesetiaanmu padaku. Kini aku menyadari kalau dirimu
begitu sangat sayang kepadaku. Tapi semua terasa menjadi tiada indah tanpa
dirimu. Lalu kertas itu diselipkan
diantara buku diary itu. Ketika agus
menemukan kembali buku diarynya betapa kagetnya dia membaca pesan yang
disampaikan oleh zahra, ternyata cinta pada sang gadis pujaannya tidak bertepuk sebelah
tangan. Agus dan Siti Azzahra mau menerima segala kelebihan dan kekurangannya
satu sama lain. Dan semanjak saat itu mereka menjadi pasangan kekasih yang
membuat orang lain iri hati pada mereka.
Setelah lulus kuliah Agus dan Zahra sepakat untuk
mendirikan bengkel sendiri yang diberi nama “IKHLAS MOTOR”. Dalam kurun waktu 2
tahun bengkel mereka menjadi maju dan terkenal karena servis yang yang baik dan
kejujurannya. Agus pun memasang kaki palsu untuk mendukung aktifitasnya di
bengkel dan dia memberangkatkan Ibunda ke Tanah Suci untuk menunaikan Ibadah
Haji dari hasil jerih payahnya menggelolah bengkel.
Akhirnya Agus dan Zahra
sepakat untuk melanjutkan jalinan kasih mereka ke sebuah ikatan suci tali
perkawinan. Hidup mereka kian sempurna dengan hadirnya 2 orang anak dari hasil
perkawinan mereka. Tetapi mereka tetap rendah hati, jujur dan saling menerima
serta ikhlas akan takdir yang telah digariskan.
terharu ......
BalasHapusterharuuuu...
BalasHapus